(Maret 2013)
Oke, cerita ini dimulai saat ane kelas dua SMP, di mana pada masa itu lagi anteng-antengnya buat ngadepin UAS (tapi sering ngga mengerjakan PR). Pada saat itu juga ane lagi pengen cari cewek buat nenenin, eh nemenin aktivitas sehari-hari, supaya ngga lonely, ane mulai deketin cewek demi cewek, atau istilah kerennya "One by one", lewat jejaring sosial biru. Nah, ane temuin seorang cewek bernama "Risa" (bukan nama sebenarnya), kebetulan pas UAS. Ane memulai percakapan "Thanks For Like, ya" (dengan emot senyum manis padahal muka tetep datar). Waktu UAS itu anak-anak kelas tiga duduk bersilangan dengan anak-anak kelas dua, dan itu menjadi 'event' yang tepat bagi kelas tiga untuk menggaet adik-adik kelas yang cewek. Sementara ane duduk bersama cewek yang bernama Mita.
Oke! Dia lalu me-'reply', "Apa? Emangnya saya nge-like status kamu?", ane lupa bahwa gue ngga nge-like statusnya. "Oh, jadi gini. Kita kan baru kenal, gimana kalau kita kenalan?", dia menjawab "Boleh, boleh aja". Ane gembira bisa kenalan dengan adik kelas ini. "Ini Ka Rizqi yang bersebelahan dengan Mita, ya?" dia bertanya demikian, ane ngga tau bahwa dia satu ruangan, "Mm... Iya bener, kok tau?" ane jawab dan bertanya dengan perlahan, "Tau, liat di gambarnya", 'apa? Liat fotoku?' gumam dalam hati, 'yang gambarnya kayak marmut dengan muka masih unyu itu?'.
"Ah, masa? Ciyuss?" Tanya ane, "Kakak kelas zaman sekarang masih aja ciyus-ciyusan ya?" Balas dia tanpa menjawab 'question'-ku.
(Maret 2013)
Malam berikutnya, ane kembali ngobrol di chatting dengannya. "Hai, Ka!" Salam dia, "Juga. Apa kabar?" Ane jawab dan bertanya. Setelah berjam-jam chattingan (Penelitian: Kalau orang baru suka sama seseorang itu biasanya berbuat demikian), akhirnya berakhir juga, "Malam, semoga ketemu aku di mimpinya ya", kata dia.
Keesokan harinya di sekolah, ane lagi jajan dengan teman, tiba-tiba, "Hei, Ka!" muncul suara samar-samar, suara perempuan. Setelah mencari tau suara itu berasal, ternyata itu suara Risa. Emang pada waktu itu ane lagi ganteng-gantengnya (5℅ dari simpanse).
Cewek lain yang ane deketin namanya Trisna. Ceritanya lagi di depan rumah, kebetulan tetangga samping lagi ada acara pengajian. Setelah acara itu selesai, datang Ibu-ibu dan menyapa Mama ane,
"Bu, itu yang laki anaknya?" Katanya
"Iya, punya dua. Kalau Ibu sendiri?" Lanjut Mama,
"Dua juga, perempuan semua."
"Wah saya laki semua, Bu." Jelas Mama
"Pas ya. Yang gede kelas berapa?" Ibu itu bertanya
"Kelas 3 SMP. Di SMP Negeri 3 Rawa Biawak." jawab Mama,
"Sama sekolahnya sama anak perempuan saya Bu. Kenal sama Trisna, Nak?" Ibu itu bertanya kepadaku,
"Oh ya, kenal Bu, anak kelas 2B itu", jawab gue padahal belum terlalu kenal sama anak itu,
"Tuh kenal, bagaimana kalau kita jodohin aja, Bu!" Seru Ibu itu yang nampaknya agak bercanda.
'Dijodohin? Belum bisa apa-apa maen jodohin aja nih Ibu-ibu. Tetapi seenggaknya gue bisa lebih awal dapat restu Ibunya.' gumam gue dalam hati.
Ibu ngaco itu pergi, hilang, dan lupakan. "Anaknya Ibu itu cantik, ya?" Tanya Mama
"Lumayan lah..." Jawab gue pelan sambil muka menahan pengin berak.
Dan ternyata Mama gue dan Ibu tadi sudah berteman sejak zaman SD dulu. Malam itu gue kirim pesan ke anak cewe dari Ibu tadi,
Gue: "Hai, malam. Lagi apa?"
Trisna: "Lagi tiduran nih."
Setelah lama bertukar pesan gue nanya soal ibu tadi ke dia memastikan insiden dijodohin tadi benar Ibunya.
Gue: "Kamu anaknya Ibu Mita, ya?"
Trisna: "Iya, kok tau?"
Gue: "Iya, tadi mampir ke rumahku."
Keesokan pagi di sekolah, gue ketemu sama adik kelas itu. Tapi, seperti orang orang yang lagi jatuh cinta diam-diam, mereka hanya melihat dari jauh dan melihat tanda-tanda gerak tubuhnya. Gue pun sama hanya melihat parasnya dari jauh dan sambil berhayal 'coba gue di deket lu, Na'. Tapi itu semua hanya andai, andai, dan tetap menjadi andai.
(April 2013)
Pas Perayaan Hari Kartini di sekolah, kebetulan si Trisna ini ikut menjadi Kartini cilik. Kartini ceweknya cewek semua, gak ada cowok. Kalau cowok namanya jadi Kartono. Ingin gue bilang, ' kamu cantik, mau nggak jadi pacar gue?' tetapi itu terlalu berlebihan dan mubazir.
Tapi gue beruntung punya teman cewek yang cantik-cantik, walaupun sekarang komunikasinya luntur. Karena itulah gue ngga pernah pacaran.
Setelah melewati bahtera kisah-kisah absurd itu, satu per satu gue lupakan dan bergumam dalam hati 'yang bukan siapa-siapa, mana mungkin dapet apa-apa.' tanpa sadar gue jatuh cinta dengan si Trisna, namun tidak diungkapkan sampai akhirnya dia lenyap hingga sekarang.
"Orang yang jatuh cinta diam-diam selalu menaruh perasaannya dalam hati, entah sampai kapan perasaan itu terus ditaruh. Dan ketika seseorang itu telah pergi, maka ia jatuh cinta kepada orang yang tak tersampaikan."
Komentar
Posting Komentar